Pendidikan anak merupakan fondasi bagi kemajuan bangsa. Tahun 2025 menyoroti berbagai aspek penting pendidikan anak di Indonesia, mulai dari kinerja akademik, penguasaan literasi, hingga pengaruh keluarga dan pola asuh. Data dan laporan terbaru menunjukkan bahwa meski ada kemajuan, sejumlah tantangan masih mengintai, terutama terkait akses pendidikan berkualitas, literasi digital, dan kesetaraan. Artikel ini membahas lima fokus utama pendidikan anak di Indonesia: kinerja akademik dan literasi, perkembangan digital, perubahan kurikulum, akses dan kesetaraan, serta pengaruh keluarga. link spaceman88
1. Kinerja Akademik dan Literasi
Hasil PISA 2022 menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat anak usia 15 tahun di Indonesia belum mencapai tingkat kemahiran minimum dalam matematika dan membaca. Ini menjadi indikator bahwa kualitas literasi dan numerasi masih memerlukan perhatian serius. Namun, laporan ini juga menyoroti perbaikan dalam pengalaman belajar siswa di sekolah, termasuk interaksi dengan guru dan lingkungan belajar yang lebih aktif.
Learning Loss atau kehilangan pembelajaran menjadi isu besar. Laporan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Maret 2025 mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 meninggalkan dampak signifikan, terutama pada anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, penyandang disabilitas, dan mereka yang tinggal di daerah kurang berkembang. Penurunan kemampuan belajar ini menciptakan tantangan jangka panjang, karena kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung menjadi landasan untuk pembelajaran lebih lanjut.
Upaya meningkatkan literasi dan kinerja akademik harus melibatkan program remedial, pengajaran yang lebih personal, dan inovasi metode belajar agar setiap anak memiliki kesempatan meraih potensi maksimal.
2. Perkembangan Digital dan Pemahaman Online
Di era digital, anak-anak Indonesia mahir menggunakan teknologi, tetapi tetap rentan terhadap risiko online. Studi UNICEF 2023 menunjukkan bahwa 99,4% anak usia 8–18 tahun menggunakan internet rata-rata 5,4 jam sehari. Aktivitas mereka meliputi hiburan, bermain gim, dan mencari informasi.
Namun, risiko keamanan online menjadi perhatian serius. Sebanyak 42% anak merasa tidak nyaman atau takut karena pengalaman daring, dan 50,3% pernah melihat konten seksual di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan digital tanpa edukasi keamanan yang memadai bisa menimbulkan dampak psikologis dan sosial.
UNICEF bekerja sama dengan pemerintah, guru, dan orang tua untuk meningkatkan literasi digital anak. Edukasi mencakup perilaku aman di dunia maya, pengelolaan waktu layar, serta kemampuan menilai informasi secara kritis. Peran guru dan orang tua sangat penting untuk memandu anak menggunakan internet dengan bijak, menjadikan digital sebagai sarana pembelajaran, bukan ancaman.
3. Perubahan Kurikulum dan Pendekatan Pembelajaran
Kurikulum Merdeka, yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menjadi tonggak perubahan pendidikan di Indonesia. Fokus utama kurikulum ini adalah pengembangan keterampilan dan kompetensi anak, bukan sekadar penguasaan pengetahuan akademik.
Selain itu, pembelajaran kini tidak terbatas di sekolah formal. Anak-anak mengikuti kursus online, ekstrakurikuler, dan program belajar mandiri. Aktivitas ini memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan di bidang bahasa asing, musik, seni, olahraga, dan keterampilan hidup.
Pendekatan baru ini menciptakan pembelajaran yang lebih fleksibel, personal, dan kontekstual, sehingga anak dapat menemukan minat dan bakatnya lebih awal. Guru berperan sebagai fasilitator, bukan sekadar pengajar, dan anak diberi ruang untuk bereksperimen, bertanya, dan belajar dari pengalaman nyata.
4. Akses dan Kesetaraan
Meskipun cakupan pendidikan dasar di Indonesia meningkat, kesenjangan regional masih menjadi tantangan serius. Anak-anak di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) menghadapi keterbatasan akses terhadap sekolah berkualitas.
Hak anak atas pendidikan dijamin UUD 1945, namun masih ada anak yang putus sekolah atau tidak memiliki akses sama sekali. Data 2024 menunjukkan bahwa sekitar 4,1 juta anak belum mendapatkan pendidikan.
Pendidikan inklusif dan kesetaraan gender juga menjadi fokus. Anak perempuan kini memiliki peluang lebih tinggi untuk mengakses pendidikan dibanding anak laki-laki pada rentang usia 7–18 tahun. Namun, anak penyandang disabilitas masih menghadapi tantangan besar, dengan 57% tidak bersekolah.
Upaya perbaikan meliputi penambahan sekolah inklusif, pelatihan guru, dan program beasiswa untuk anak dari keluarga kurang mampu. Pemerintah dan organisasi non-pemerintah bekerja sama untuk memastikan pendidikan dapat dinikmati oleh semua anak, tanpa memandang jenis kelamin, lokasi, atau kondisi fisik.
5. Pengaruh Keluarga dan Pola Asuh
Peran keluarga sangat penting dalam mendukung pendidikan anak. Orang tua modern cenderung lebih protektif dan aktif berinvestasi dalam pendidikan, termasuk kursus tambahan, les privat, atau sekolah dengan kurikulum internasional.
Namun, kecemasan orang tua terhadap prestasi akademik anak sering muncul. Banyak orang tua mencari cara terbaik untuk memastikan anak siap menghadapi dunia yang kompetitif. Pilihan seperti sekolah swasta, kursus bahasa, atau program teknologi menjadi strategi untuk mendukung perkembangan anak secara optimal.
Peran orang tua bukan hanya mendukung akademik, tetapi juga membentuk karakter, kedisiplinan, dan kemampuan sosial anak. Pola asuh yang seimbang antara perhatian, arahan, dan kebebasan bereksplorasi akan menghasilkan anak yang mandiri, kreatif, dan berdaya saing.
Pendidikan anak di Indonesia 2025 berada di persimpangan tantangan dan peluang. Lima fokus utama mencakup:
- Kinerja akademik dan literasi: Masih ada kekurangan, namun inovasi metode belajar menunjukkan kemajuan.
- Perkembangan digital: Anak mahir teknologi, tetapi perlu edukasi keamanan daring.
- Kurikulum dan pembelajaran: Kurikulum Merdeka memprioritaskan keterampilan dan kompetensi, dengan pembelajaran di luar sekolah.
- Akses dan kesetaraan: Masih ada kesenjangan regional dan kebutuhan pendidikan inklusif bagi anak penyandang disabilitas.
- Peran keluarga: Keluarga berpengaruh besar terhadap perkembangan akademik, karakter, dan kesiapan anak menghadapi masa depan.
Dengan pendekatan yang tepat—gabungan inovasi pendidikan, kesetaraan akses, pengawasan digital, dan peran aktif keluarga—Indonesia memiliki peluang besar untuk mencetak generasi anak yang cerdas, kreatif, dan siap menghadapi tantangan global.
Pendidikan modern bukan hanya tentang nilai dan ujian, tetapi juga tentang pengembangan karakter, keterampilan, dan pengalaman hidup anak. Melalui kolaborasi antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat, masa depan pendidikan anak Indonesia dapat lebih cerah dan inklusif.